Menolak Lupa September Hitam, BEM FKIP UNTAD Gelar Diskusi Terbuka

Foto by: Mohammad Dzikrullah, SL/"Ketua BEM FKIP berbicara dalam acara September Gelap di Taman UNTAD"


SilolangiNews-Palu. Bulan September di masa lalu memiliki banyak peristiwa kelam pelanggaran hak asasi manusia (HAM) yang terjadi di Indonesia dan hingga saat ini belum sepenuhnya menemukan titik terang. Rentetan peristiwa itu biasa disebut dengan September Hitam (lazim juga disebut September Gelap). peristiwa tersebut di antaranya; Pembunuhan terhadap Munir Said Thalib (7 September 2004) seorang aktivis HAM, Tragedi Tanjung Priok (12 September 1984), Tragedi Semanggi II (24-28 September 1999), Reformasi di Korupsi (24 September 2019), dan Tragedi 1965-1966. 



Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Tadulako (UNTAD) menggelar peringatan September Gelap. Salah satu acara dalam peringatan tersebut adalah diskusi terbuka seputar peristiwa-peristiwa di September Gelap itu. Diskusi ini berlokasi di taman UNTAD, Selasa (19/09/2023).



Andi Riskan, yang kerap disapa Poca, sebagai pemantik diskusi dalam dialognya menyinggung persoalan dalam penyelesaian kasus-kasus tersebut. Pemerintah menurutnya seolah memberi ilusi bahwa ketika adanya sebuah tragedi kemanusiaan, yang menjadi titik persoalannya hanya para pelaku lapangan. 



"Dari beberapa kasus kemanusiaan atau tragedi kemanusiaan yang ada, ketika para pelaku lapangan itu sudah di adili, di tangkap, di penjara, dan lain sebagainya. Ilusi yang diberikan pemerintah bahwa seakan-akan kasus tadi itu sudah selesai dan tidak perlu lagi kita ungkit, kita ingat, karena sudah tuntas katanya. Padahal yang jadi persoalan adalah di balik dari para pelaku lapangan itu, ada beberapa orang yang sebenarnya punya kekuasaan untuk memberikan intruksi kepada pelaku-pelaku lapangan tadi" ungkap mahasiswa Sosiologi tersebut.



Lebih lanjut, Poca mengingatkan bahwa mahasiswa yang di sebut-sebut sebagai kaum intelektual, janganlah langsung menerima narasi sejarah tentang peristiwa-peristiwa itu secara mentah tanpa adanya narasi sejarah alternatif. 



"Jadi makanya kalau kita sebut sejarah di tulis oleh pemenang, lagi-lagi apakah pemenang yang menuliskan sejarah itu secara objektif atau tidak. Nah, memang menurutku, bahwa harus ada di kita juga mahasiswa itu yang punya, apa ya, mungkin di sebut orang-orang intelektual yang paham soal syarat-syarat, bahwa itu dikatakan sebagai sebuah data  yang benar, real, konkrit dengan metode-metode sejarah yang dia punya. Agar beberapa sejarah alternatif yang sudah misalnya kalau kita mau melawan sejarah yang disajikan oleh sekolah, yang sudah sampai sekarang ada di kepala kita itu harus di lawan dengan sejarah alternatif dari teman-teman, juga dari kita semua. Karena tulisan harus di lawan dengan tulisan, ya, bicara harus di lawan dengan bicara" lanjutnya. 



Sementara itu Ketua BEM FKIP Universitas Tadulako, Alhidayat menyatakan tujuan diskusi ini tidak hanya untuk mengenang tragedi-tragedi tersebut, tetapi juga untuk memantik jiwa-jiwa kepedulian mahasiswa terhadap perjuangan para aktivis sebelumnya. 



"Goals diskusi pada hari ini bukan untuk hanya sekedar mengingat peristiwa ini. Akan tetapi saya berharap secara pribadi, diskusi hari ini itu bisa memantik jiwa-jiwa kepedulian teman-teman terhadap perjuangan aktivis-aktivis yang sebelumnya itu" ujarnya.



Di akhir kalimatnya, Alhidayat juga mengatakan pandangannya sebagai mahasiswa yang di sebut sebagai agent of change atau agen perubahan, sebenarnya berubah untuk apa? Dan berjuang untuk siapa? Mahasiswa yang katanya generasi penerus bangsa merupakan kaum intelektual yang diciptakan oleh universitas, tetapi untuk apa sebenarnya? Itulah yang perlu dipertanyakan oleh mahasiswa, tentang apa yang sudah kita buat selama ini untuk negara ataupun untuk masyarakat banyak. 



Dalam rangkaian peringatan September Gelap ini, juga ada aksi bakar lilin di tengah-tengah taman UNTAD. Selain itu ada mimbar bebas yang dilaksanakan setelah diskusi terbuka. Dalam mimbar bebas itu, banyak mahasiswa yang tampil membacakan puisi-puisi yang ditulis oleh sastrawan-sastrawan Indonesia ataupun juga yang digubah sendiri. Di akhir, terdapat baca doa bersama untuk para korban-korban pelanggaran HAM di Indonesia, terutama pada September Gelap.



Penulis: Azzahra, SL
Editor: Andi Ikbal, SL

Menolak Lupa September Hitam, BEM FKIP UNTAD Gelar Diskusi Terbuka Menolak Lupa September Hitam, BEM FKIP UNTAD Gelar Diskusi Terbuka Reviewed by Silo Langi on 9/20/2023 09:00:00 PM Rating: 5

1 comment: