![]() |
Foto by: Sulfia,SL/ "Paslon Presiden dan Wakil Presiden Mahasiswa 2025" |
SiloLangiNews-Palu. Melanjutkan sesi debat sebelumnya yang telah membedah visi, misi, serta program kerja utama masing-masing kandidat, debat kandidat BEM Universitas Tadulako 2025 akhirnya memasuki babak penutup. Dalam sesi ini, perhatian difokuskan pada isu strategis mengenai keterlibatan mahasiswa Program Studi di Luar Kampus Utama (PSDKU), terutama dari Morowali dan Tojo Una-Una. Pertanyaan tersebut dibacakan oleh moderator Ocvita Maharani, menandai pentingnya inklusivitas dalam kepemimpinan mahasiswa di level universitas.
Seperti pada sesi sebelumnya, para kandidat kembali diuji, bukan hanya melalui pertanyaan panelis, namun juga lewat segmen tanya-jawab antar paslon yang ditentukan secara acak menggunakan spinner wheel. Momen ini menjadi panggung bagi ketiga pasangan calon untuk memperlihatkan ketajaman berpikir, kelincahan merespons, serta kesiapan beradu argumen secara langsung.
Menutup sesi debat terakhir, para pasangan calon presiden dan wakil presiden mahasiswa Universitas Tadulako diberikan pertanyaan mengenai keterlibatan mahasiswa Program Studi di Luar Kampus Utama (PSDKU), khususnya dari Morowali dan Tojo Una-Una. Pertanyaan yang dibacakan oleh moderator atas nama Ocvita Maharani ini menyoroti harapan besar agar mahasiswa PSDKU lebih dirangkul dan dilibatkan dalam kegiatan yang diselenggarakan di kampus induk, Palu.
“Jika kalian terpilih menjadi presiden dan wakil presiden mahasiswa apa yang akan kalian lakukan atau program apa saja yang yang akan dibuat kedepannya demi merangkul semua PSDKU baik itu PSDKU Untad Morowali maupun PSDKU Untad Tojo Una-Una agar kedepannya PSDKU juga bisa terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di Palu? Karena mengingat kita semua adalah satu keluarga besar Universitas Tadulako. Besar harapan dari teman-teman PSDKU Untad Morowali kepada semua calon jika terpilih nanti bisa sama-sama saling merangkul dan dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan yang diadakan sebagai alat untuk menjaga kebersamaan satu keluarga Universitas Tadulako.”Octavita membacakan dengan rinci dan berhati-hati
Paslon 01 merespons dengan tegas bahwa isu keterlibatan PSDKU sudah menjadi perhatian mereka bahkan sebelum debat berlangsung. Calon presiden mahasiswa, Asrar, mengungkapkan bahwa pihaknya telah berdialog langsung dengan mahasiswa PSDKU.
“Permintaan dari teman-teman PSDKU itu hanya tentang pelayanan dan bagaimana mereka dilibatkan. Itu yang sudah kami lakukan sebelumnya,” ujar Asrar.
Ia menekankan bahwa mahasiswa PSDKU kerap merasa dianaktirikan karena keterbatasan akses dan minimnya pelibatan dalam program kampus. Menjawab hal tersebut, Paslon 01 menawarkan dua program unggulan yaitu Pekan Tadulako dan Olymp Tadulako.
“Dua program ini saya pikir sangat efektif untuk kemudian teman-teman PSDKU itu bisa berdampak langsung. Di Pekan Tadulako, kita berdiskusi dan merancang kebijakan bersama agar menguntungkan teman-teman PSDKU. Sementara Olymp Tadulako adalah program terbesar untuk mengembangkan sportivitas, budaya, dan kreativitas mahasiswa,” tambahnya.
Calon wakil presiden, Gunawan, menegaskan bahwa kedua program ini telah dirancang secara inklusif sejak awal, dengan melibatkan seluruh mahasiswa se-Sulawesi Tengah tanpa terkecuali.
“Kita hadirkan Pekan Tadulako agar seluruh mahasiswa bisa terlibat dalam pengambilan keputusan, merancang dan mengelola isu-isu krusial. Sedangkan Olymp Tadulako adalah ajang olahraga dan pentas seni terbesar yang menjangkau semua mahasiswa, termasuk PSDKU,” jelas Gunawan.
Menanggapi isu keterlibatan mahasiswa PSDKU dalam kegiatan di kampus utama, Paslon 02 juga menyampaikan hasil temuan dan solusi mereka berdasarkan diskusi langsung dengan penyelenggara PSDKU Tojo Una-Una. Moh. Jen, calon presiden mahasiswa dari Paslon 02, menyoroti tiga permasalahan utama yang dialami oleh mahasiswa PSDKU yaitu kurangnya kolaborasi, kendala pembiayaan, dan minimnya fasilitas pengajaran.
“Kami sempat berdiskusi apa yang menjadi permasalahannya mereka pada saat ini. Yang menjadi permasalahannya mereka ialah kurangnya kolaborasi antara tiga Untad ini—PSDKU Morowali, Tojo Una-Una, dan kampus utama. Itu diakibatkan oleh kurangnya komunikasi yang tembus ke sana,” ungkap Jen.
Ia juga menyinggung soal hambatan pembangunan gedung dan kurangnya tenaga pengajar yang memadai di PSDKU.
“Mereka sementara mengalami permasalahan pembiayaan gedung. Kemudian keresahan ketiga, fasilitas yang tidak memadai, yaitu dosen ataupun pengajar di sana,” lanjutnya.
Melengkapi pernyataan tersebut, calon wakil presiden mahasiswa, Yayan, menekankan pentingnya keseragaman dan kolaborasi antara seluruh elemen mahasiswa Universitas Tadulako. Ia menyampaikan bahwa Paslon 02, yang mengusung nama Jenius, hadir dengan solusi berbasis platform media
“Tentunya kita harus seragam dan kolaboratif. Hari ini Jenius hadir untuk memberikan program-program seperti platform media, karena ini menjadi kekurangan kita dari tahun ke tahun,” ujar Yayan.
Platform media tersebut diharapkan dapat menjadi ruang penyelesaian masalah, sekaligus sarana komunikasi yang menjangkau seluruh mahasiswa Universitas Tadulako, termasuk mereka yang berada di unit PSDKU.
Paslon 03 mengangkat semangat transformasi dan kolaborasi sebagai pendekatan utama dalam menjawab keresahan mahasiswa PSDKU. Atharik, calon ketua BEM dari Paslon 03, menyebutkan bahwa pihaknya tidak hanya berfokus pada pelibatan segelintir pihak, namun ingin membangun kolaborasi menyeluruh antara mahasiswa kampus utama dan PSDKU.
“Tentu saja bukan hanya melibatkan segelintir orang tapi melibatkan keseluruhan orang, melibatkan eksternal dan internal, apalagi mereka adalah mahasiswa Untad walaupun mereka PSDKU,” jelas Atharik.
Ia menekankan bahwa program-program seperti Eksekutif Kampus dan Safari Eksekutif akan menjadi sarana konkret untuk melibatkan mahasiswa PSDKU dalam kegiatan organisasi. Salah satu pendekatan yang diusulkan adalah memanfaatkan teknologi untuk menjembatani jarak.
“Kenapa tidak memanfaatkan Zoom? Kita Zoom di sini, mereka Zoom di sana, mereka sampaikan apa permasalahan mereka. Maka kegiatan-kegiatan itu walaupun jaraknya jauh bisa terakomodir,” lanjutnya.
Calon wakil ketua, Hadris, juga menegaskan pentingnya proyek kolaboratif sebagai langkah nyata membangun hubungan yang setara dan saling menguatkan antara mahasiswa kampus utama dan PSDKU. Ia menyebut bahwa kegiatan seperti riset bersama bisa menjadi salah satu bentuk integrasi.
“Seharusnya ada kerja sama atau proyek kolaboratif seperti proyek penelitian antara mahasiswa utama dan mahasiswa PSDKU di Morowali maupun Tojo Una-Una,” ujar Hadris.
Dengan mengusung tagline Adaptif: Transformasi dan Kolaboratif, Paslon 03 berkomitmen mendorong persatuan melalui kerja konkret lintas wilayah.
Menjawab pertanyaan terakhir dari Tojo Una-Una yang dibacakan oleh moderator Salman Rauf, tentang program konkret untuk meningkatkan kolaborasi antara mahasiswa PSDKU dan kampus utama. Ketiga paslon kembali menegaskan komitmen mereka.
“Apa program konkrit yang akan anda usulkan untuk meningkatkan kolaborasi antara mahasiswa PSDKU dan mahasiswa di kampus utama baik dalam bidang akademik, penelitian, maupun kegiatan kemahasiswaan?”
Paslon 2 menyampaikan bahwa mereka menyediakan ruang seperti forum atau seminar sebagai sarana mendengar dan menampung keresahan mahasiswa. Mereka mengaku memilih pendekatan yang fleksibel, menyesuaikan dengan dinamika dan isu yang berkembang nantinya.
Sementara itu, Paslon 1 menekankan kembali dua program unggulannya yakni Pekan Tadulako dan Olymp Tadulako yang dirancang untuk melibatkan seluruh mahasiswa, termasuk dari PSDKU, dalam pengambilan kebijakan dan ajang kreatif serta olahraga.
Paslon 3 juga menggarisbawahi sejumlah program mereka seperti Eksekutif Kampus, Safari Eksekutif, BEMUT Digital, hingga Empower Women. Mereka menekankan pentingnya kolaborasi bukan hanya pada lomba, tetapi juga pada pendampingan, penelitian, dan keterlibatan mahasiswa dalam isu-isu nasional dan regional.
Setelah seluruh pertanyaan dari panelis selesai, sesi debat dilanjutkan dengan segmen tanya-jawab antar paslon. Tema untuk sesi ini ditentukan secara acak menggunakan spinner wheel, yang diputar langsung oleh masing-masing paslon di meja operator.
- Paslon 2 mendapat giliran pertama dan memperoleh tema Tri Dharma Perguruan Tinggi.
- Paslon 3 kemudian memutar roda dan mendapat tema Management
- Paslon 1 terakhir mendapat tema Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM).
Dalam sesi ini, tiap paslon diberi waktu:
- 1 menit untuk berpikir,
- 1 menit untuk menyampaikan pertanyaan,
- 2 menit untuk menjawab, dan
- 1 menit untuk klarifikasi atau menanggapi.
Sesi ini menjadi ruang uji gagasan yang cukup menantang bagi para kandidat, karena mereka harus cepat berpikir, fokus pada substansi, dan mampu menjawab secara langsung di bawah tekanan waktu.
Di penghujung acara, ketiga paslon menyampaikan pernyataan penutup mereka. Namun sayangnya, suasana sempat terganggu oleh keributan di bagian belakang ruangan. Beberapa audiens yang tidak mematuhi instruksi panitia terpaksa dikeluarkan setelah tiga kali peringatan, agar acara tetap berjalan tertib hingga selesai.
Penulis: Rika/SL

No comments: